
Mitos atau Fakta: Minuman Berenergi dapat Berdampak Kerusakan Ginjal?
Penulis : apt. Tri Indah Lestari, S. Farm
Editor : Cinta Lavyga Alwaysya
Tinjau Ulang : apt. Yosua Cahya Purnawidya, S. Farm, MM
Apa itu Minuman Berenergi?
Minuman berenergi menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), merupakan salah satu suplemen makanan yang terdiri dari komponen multivitamin, makronutrien (karbohidrat dan protein), taurin dengan atau tanpa kafein yang biasanya ditambahkan bahan herbal seperti ginseng, jahe, dan sebagainya. Minuman berenergi dapat berupa sediaan Cairan Obat Dalam (COD) dalam kemasan botol bervolume 150 mL, 250 mL atau serbuk dan tablet yang dilarutkan menjadi minuman.
Setiap kemasan minuman berenergi mengandung kalori minimal 100 kkal. Indikasinya untuk menambah tenaga, kesegaran, stimulasi metabolisme, memelihara kesehatan dan stamina tubuh saat akan melakukan aktivitas yang berat atau setelah berolahraga.
Konsumsi minuman berenergi meningkat sejak salah satu merek terkenal dari Amerika Serikat pertama kali diperdagangkan tahun 1997. Data dari Asia Food and Beverages Databank pada tahun 2015, menunjukkan total penjualan minuman energi di Indonesia mencapai 670 juta dollar AS dan menjadi peringkat kedua di bawah Thailand. Menurut data National Center for Complementary and Integrative Health tahun 2017, kelompok rentang usia 18-34 tahun adalah yang paling banyak mengonsumsi minuman berenergi.
Bagi sebagian orang, makanan atau minuman berenergi sudah menjadi suatu kebutuhan, dalam meningkatkan atau mengembalikan stamina.
Contohnya, banyak atlet mengonsumsi minuman berenergi sebelum mengikuti pertandingan, tujuannya meningkatkan penampilan (performance) bahkan sebagian diantaranya meminum sampai 3 botol atau sachet. Selain itu, minuman berenergi kerap dikonsumsi sopir bis yang melakukan aktivitas bepergian jauh di malam hari sehingga membutuhkan asupan energi yang lebih.
Kafein dalam Minuman Berenergi
Diantara kandungan yang disebutkan dalam definisi dari BPOM tersebut, kafein termasuk salah satu kandungan yang umumnya ada dalam minuman berenergi.
Kafein sendiri belum terbukti mempunyai efek adiktif atau ketergantungan, tetapi efek withdrawal dari konsumsi kafein dapat menyebabkan penggunanya mengalami beberapa gejala seperti kelelahan dan kurangnya kewaspadaan (Schuh, 1997), serta depresi yang meningkat, dan kecemasan berlebih (Silverman, 1992). Gejala-gejala ini membuat pengonsumsinya merasa perlu untuk meminum kafein lagi untuk menghilangkan gejala-gejala yang terjadi akibat efek withdrawal. Selain itu, beberapa kalangan menganggap minuman energi yang mengandung kafein diminum dengan tujuan mencegah ngantuk.
Kemajuan industri minuman berenergi tidak lepas dari peranan iklan sebagai media promosi kepada masyarakat dan berpotensi menyebabkan efek sugesti yang semu. Efek sugesti membuat konsumen percaya telah merasakan manfaat dan peningkatan energi dari mengonsumsi minuman berenergi. Untuk itu, perlu dipastikan bahwa minuman energi yang beredar di pasaran benar-benar memberikan efek yang nyata atau hanya efek sugesti yang semu.
Bahaya Minuman Berenergi
Mengonsumsi dosis kafein yang berlebihan memicu berbagai gejala seperti mual, muntah, susah tidur, diare, demam, sering buang air kecil atau buang air besar, detak jantung terlalu cepat atau dada berdebar, hingga kejang dan psikosis yang dalam beberapa kasus dapat terbukti mematikan.
Selain itu orang yang telah memiliki ketergantungan kafein jika konsumsinya dihentikan secara tiba-tiba dapat muncul beberapa gejala, seperti gelisah, sakit kepala, suasana hati yang buruk, cemas, serta sulit konsentrasi.
Dari sisi medis Kadar kafein dan gula yang tinggi dapat mengganggu kinerja hormon insulin, sehingga gula darah sulit terkontrol. Hal ini bisa meningkatkan risiko penyakit diabetes tipe 2. Kafein dan gula berlebih bisa meningkatkan tekanan darah sehingga berisiko terjadinya hipertensi, penyakit jantung, dan obesitas.
Selain itu, kafein memiliki efek diuretik yang meningkatkan produksi urine, akibatnya meningkatkan pembuangan garam (natrium) dalam urine. Sedangkan Natrium berfungsi untuk menahan cairan di dalam tubuh, sehingga tubuh tidak kekurangan cairan. Banyaknya natrium dan cairan yang terbuang setelah mengonsumsi kafein akan menyebabkan tubuh berisiko mengalami dehidrasi.
Adakah Dampak Seriusnya?
Masa remaja merupakan masa deposisi tulang maksimum. Kafein atau mengonsumsi minuman berenergi dapat mengganggu penyerapan kalsium di usus kecil sehingga dapat menyebabkan penurunan deposisi kalsium di tulang dibanding minuman yang mengandung kalsium seperti susu.
Pada orang dewasa efek samping ini cukup serius namun jarang terjadi. Risiko kerusakan pada ginjal yang terjadi dapat berupa :
1. Gagal ginjal akut
Kondisi dimana ginjal gagal berfungsi yang dapat terjadi secara mendadak dalam beberapa jam atau beberapa hari. Kandungan kafein, taurin, ekstrak ginseng, dan gula yang berlebihan berperan pada naiknya tekanan darah dan gangguan aliran darah pada ginjal yang terjadi sewaktu-waktu.
2. Gagal ginjal kronis
Efek yang muncul secara tidak langsung, dapat berupa gangguan pada struktur maupun fungsi ginjal. melainkan Berkembang secara bertahap selama minimal 3 bulan dan seringkali sulit disembuhkan. Hal ini dapat terlihat pada jejak EKG untuk orang dewasa setelah konsumsi minuman energi.
Sementara kafein tidak memiliki efek buruk pada kerja jantung, namun terdapat tanda peningkatan resiko aritmia fatal (detak jantung tidak teratur) dan lebih memicu bahaya pada orang yang memiliki riwayat gangguan kesehatan jantung.
Saran bila anda membeli atau konsumsi minuman berenergi:
1. Periksa kandungan yang tertera pada kemasan
2. Batasi konsumsi tidak lebih dari 500 ml atau 1 kaleng per hari
3. Perbanyak minum air putih untuk mencegah terjadinya dehidrasi
4. Imbangi dengan pola makan sehat dengan rutin berolahraga
5. Dianjurkan tidak mencampur dengan minuman beralkohol
6. Batasi minuman berkafein lain, seperti kopi, teh, dan coklat, ketika mengonsumsi minuman berkafein
7. Hindari konsumsi minuman berenergi jika memiliki penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, atau penyakit ginjal
8. Segera periksakan diri ke dokter jika mengalami efek samping yang berat
9. Jika Anda merasa ketergantungan sebaiknya segera hentikan dan jangan ragu konsultasikan ke dokter
Bagaimana Pengobatan Herbal untuk Membantu Memperbaiki Fungsi Ginjal dan Menghambat Kerusakan Sel Ginjal yang disebabkan oleh Minuman Berenergi?
Biotek Farmasi Indonesia telah meluncurkan suplemen herbal yaitu K-fix yang memberi terobosan dalam membantu memperbaiki fungsi ginjal dan menghambat kerusakan sel ginjal dengan cara mengkonsumsi 1-2 butir K-fix dalam 1x sehari, sesudah makan pagi dan siang hari.
Referensi:
Kimia Farma.Ketahui Dampak Minuman Berenergi Untuk Kesehatan- Kimia Farma Apotek
Putriastuti, Ratika. et al. 2007.Persepsi, Konsumsi dan Preferensi Minuman Berenergi. Vol. 2, no. 3, Hal. 13-25
Puspitasari, Pipit. et al. 2015.Hubungan antara Konsumsi Minuman Berenergi yang Mengandung Kombinasi Taurin dan Kafein dengan Angka Kejadian Gagal Ginjal Kronis. Vol. 3, no. 3, Hal. 54-61
Anggadiredja, Kusnandar. et al. 2021.Potensi Ketergantungan Mahasiswa Terhadap Konsumsi Minuman Berenergi. Vol. 6, no. 1, Hal. 47-60
Prodi Ilmu Keolahragaan FIK-UNIMED. 2018.Efek Pemberian Minuman Energi yang Mengandung Kafein dan Taurin terhadap Daya Tahan dan Kadar Asam Laktat saat Melakukan Aktifitas Fisik pada Mahasiswa Ilmu Keolahragaan.2016. Vol. 2. no. 2, Hal. 63-72
Wuryani Sri Mardilah. 2022.Amankah Konsumsi Minuman Berenergi?. RSUP Dr. Sardjito
